BUMIKU
TIDAK BOLEH MATI
Pemain :
1.
Manusia
1 : Tario Rhino
2.
Manusia
2 : Nurul Aulia
3.
Manusia
3 : Sartika Kusuma
4.
Bumi : Fauzi Ridho
5.
Gas : Hapipi Indriani
6.
Sampah
1 : Gabriel Aji
7.
Sampah
2 : Citra Mila
8.
Pohon : Hidayatul husnah
Selamat
membaca dan bayangkan ekspresi para pemain di drama ini !!!
Ø BABAK
1
Disuatu pagi, ada tiga sahabat yang
lari pagi bersama. Setelah memakan waktu begitu lama mereka pun merasa letih.
Salah seorang sahabat lelaki bernama Tario telah beristirahat terlebih dahulu
sambil menunggu kedua sahabatnya yang tertinggal jauh di belakangnya. Tak lama
kemudian kedua sahabatnya yang bernama Nurul dan Tika pun tiba.
Tario :
“Kemana aja sih kalian? Lama kali.”
Nurul :
“Sabarlah, capek tau! malah panas lagi.”
Tario :
“Iyanih. Heran dah gue, perasaan dulu jam 8 tuh masih adem, eh! ini udah
nyengat amat ni matahari!
Tika :
“Tar, bagilah nabatinya.”
Tario :
(memberi plastik kosong)
Tika :
“Yah, habis."
Tario :
(membuang plastik Nabati sembarangan dan mengeluarkan coklat) “Tenang, aku
masih punya cokelat.”
Nurul :
“Pulang yok gue mau mandi nih gerah?? Eh, bagi dong coklatnya!”
Tario :
“Yoklah, gue juga gerah...” (memberi coklatnya)
(Tario dan Nurul memakan coklatnya dan membuang plastik Coklat sembarangan
sambil jalan)
Tario :
“Wah.. kenyang nya...”
Nurul :
“Apanya yang kenyang, cuman makan coklat doang!”(buang sampah sembarangan)
Tika :
“Kalian inilah! Jangan buang sampah sembarangan dong! Kan kotor jadinya!”
(memungut sampah yang dibuang Tario
dan Nurul)
Tario :
“Terserah gue”
Tika :
“Gak boleh gitu.. kita harus menjaga kebersihan bumi.”
Nurul :
“Ahh.. dikit aja pun, gak akan kotor lah bumi cuman gara-gara sampah plastik
Nabati dan Coklat itu!”
Tika : “Tapi, dikit-dikit lama-lama nanti
jadi bukit tahu!”
Tario : “Sudah lah.. dah terlanjur dah...”
(pergi mencari pohon yang rindang)
Nurul : “Tuh ada pohon gede !” (menunjuk
kearah pohon)
Tika :
“Mo ngapain?”
Tario : “ Udah ikut aja.. gue dah ngantuk
banget nih,.”
Tika : “Gak jadi balek? Kata dah pada
gerah mau mandi.”
Nurul : “Nanti aja lah, istirahat aja
dulu.”
(berlari ke arah pohon dan Tario dan
Nurul pun tertidur di bawah pohon tersebut)
Ø BABAK
2
Ketika mereka berdua tertidur, Tika
sibuk memunguti sampah di sekitar pohon. Di dalam tidur pulasnya mereka
bermimpi....
(masuk bumi dan pohon)
Bumi :
Ah, senangnya
jadi aku! Hutan-hutanku rimbun dan hijau. Langit yang biru. Dilaut, sotong dan
ikan badut bermain lincah di antara koral yang menari bersama arus kehidupan.
Para kijang dan hewan lainnya pun tak segan bersenda gurau di liarnya alam
bebasku.
Ah, bersahajanya jadi aku! Anak-anak kecil berlarian menyiulkan keindahan
diriku. Para petani berpeluh kasih menuai hasil panenku. Ibu-ibunya, tertawa
riang mencuci baju di bantaran aliran sungaiku.
Terima kasih Tuhan atas diriku…
Pohon :
“ Senangnya aku jadi pohon, menghasilkan oksigen untuk semua makhluk. Dengan
bantuan daun-daunku ini.”
Ø BABAK 3
Tiba-tiba dua sahabat tersebut masuk menghampiri bumi dengan angkuhnya....
(Bumi menyingkir ke samping sambil
curiga memperhatikan Tario & Nurul)
Tario :
“Hahahaa…
Bumi itu emang indah! Hutan-hutannya kaya dengan kayu berharga. Samudranya penuh
biota yang bikin gue makin kaya. Gunungnya berlapis emas dan berlian di dalam
gua-gua yang mencengangkan. Fauna-faunanya? Kepala mereka pasti keren kalo di
tarok di atas perapian rumah mewah gue.”
Nurul :
“Hahahaa…
Bumi itu emang menyenangkan! Gak ada yang bakal berani nentang gue kalo gue
ubah hutan ini jadi kebun kelapa sawit. Semua bakal ngedukung gue kalo gue bangun
beratus pencakar langit di tanahnya yang subur. Tertutup mulut mereka, saat gue buang limbah pabrik gue ke laut yang
nestapa. Hilang semua kepedulian, pas sampah-sampah ini hanya menambah jumlah nol
di tabungan gue.
Berdua : “Hahahaa…”
Tario :
“O iya, gue ada hadiah untuk lo.”
(Tario
menebarkan sampah di mana-mana)
Bumi :
(Terpana ketakutan lalu maju ke tengah) “Apa yang kalian lakukan!”
Tario :
“Ya manfaatin lo lah! itukan tujuan lo diciptain?”
Bumi :
“Kalau itu aku tidak keberatan, tapi mengapa kamu menebar sampah?”
Nurul :
“Itu bukan urusan lo! Hidup-hidup gue, terserah gue dong.”
Bumi :
“Tentu saja urusanku! Itu aku yang sedang kamu sampahi”.
Tario :
“Emang kenapa?”
Pohon :
“Masih bertanya kenapa? Tidakkah kamu berpikir? kamu sedang merusak bumimu!”
Tario :
“Emang bumi gue! Terserah mau gue apain. Karena ini bumi gue, milik gue!”
Bumi :
“Sampah-sampah itu akan membunuhku. Kalau aku mati, kamu akan kehilangan diriku.”
Nurul :
“Gak mungkin lo bakal mati! Lo itu luas, kaya, ya gak mungkinlah!”
Bumi :
“Ya aku akan mati! Dan ketika itu terjadi, kamu akan kehilangan hutanmu,
lautmu, gunungmu, bumimu! Kamu akan kehilangan segalanya yang kamu miliki. Dan
semua karena kamu tak mau merawat diriku. Karena kamu lebih memilih untuk
memberiku sampah-sampah itu! tak berpikirkah kau?”
Tario :
“Alaah! emangnya apa yang bakal dilakuin kertas-kertas dan limbah ini? Mereka
cuman sampah yang gak guna, gak berarti, gak ada nyawa!”
Pohon :
“Yang ada ditanganmu hanya sedikit, memang tidak akan berbahaya. Tapi jika kamu
terus membuangnya, itu akan menumpuk. Itulah yang berbahaya!”
Nurul :
“gue gak percaya. Tahu apa lo? udahlah, tugas lo itu cuman untuk ngelayani gue.
Gak usah banyak ngomong!”
(Tario mendorong Bumi sedangkan Nurul mendorong Pohon hingga jatuh dan
menebar lebih banyak sampah)
(bumi terseok-seok keluar sambil meringis)
(manusia berjalan keluar sambil terus menebar sampah dan tertawa terbahak)
Ø BABAK 4
Tiba-tiba para sampah sampah datang dan berbincang....
Sampah 1 : “Lihat
lihat lihat! Aku ada di mana-mana. Munyumbat sungai-sungai coklat dan bau.
Berserak di pinggir-pinggir jalanan abu-abu. Memenuhi lorong-lorong sempit
berbatu.Tenggelam di dasar samudra yang biru. Bahkan di tengah sunyinya rimba
belantara.”
Sampah2 : “Lihat
lihat lihat! Semua orang menyalahkanku. Kata mereka, akulah sang maha
bencana. Akulah musuh utama masyarakat. Akulah pembunuh kejam yang harusnya
binasa. Memangnya apa salahku? Bukankah mereka yang menciptakan aku? Bukankah
mereka yang meraup uang dariku? Bukankah mereka yang bertanggungjawab atas
diriku? Kalian pikir aku mau jadi seperti ini? Tidak! tidak seharusnya aku
menggunung seperti ini. Tidak seharusnya aku dibenci begini. Tidak, tidak,
tidak…
(sampah mengigil ketakutan dan bingung)
Ø BABAK 5
Tak lama kemudian gas datang menghampiri para
sampah.........
Gas : “Hei sampah! Kenapa kamu?”
(nada licik merayu)
Sampah2 : “Siapa kamu?”
Gas : “Aku…metana! Kau yang
menciptakan aku. Lupa?”
Sampah1 :
“Aku? Bagaimana mungkin? Selama ini aku hanya berserak diam hingga menumpuk,
menggunung. Aku mungkin memang sampah tapi aku tidak jahat hingga sampai hati
menciptakan makhluk berwajah licik seperti kamu.”
Gas :
“Heeeei… itulah kenyataannya! Aku ada karena kau ada. Aku lahir di tumpukan
sampah-sampah organik yang membusuk. Kau cium bau busuk ini!”
Para Sampah : (mengendus-ngendus)
Gas : “Ya, itu adalah aku. Bau
busuk adalah tanda keberadaan diriku.”
Para Sampah : (tercengang lalu berjalan agak ke
pinggir dan jatuh terduduk)
Gas :
(berjalan ke tengah) Dengar… Aku sangatlah berharga. Tanpa diriku, kalian tidak
akan memiliki bahan bakar. Tanpa diriku, mobil dan kompor tak akan bisa
bekerja. Tanpa diriku, manusia akan mati dalam kelelahan! Dengar… Kalian tahu
pemanasan global? Akulah penyebabnya! Eh, Bukan, maksudku KALIAN lah manusia
penyebabnya. Aku hanya perantara saja. Aku hanya pegawai yang kalian pekerjakan
untuk menghalangi radiasi matahari keluar dari bumi. Aku hanya pembunuh bayaran
yang kalian sewa untuk menghabisi Bumi. Ahahahahaha…
Sampah1 : (sampah berdiri) “Tunggu…Jadi manusia
menginginkan kamu?”
Gas : “Tentu saja! Mereka ingin
kita bersama-sama membunuh bumi!”
Sampah2 : “Tapi bumi rumah mereka. Kenapa mereka
mau membunuhnya?”
Gas :
“Karena sekarang bumi sudah lemah. Bumi sudah tak mampu lagi memenuhi nafsu
serakah manusia.”
Sampah2 :
“Mengapa manusia begitu jahat? Jadi selama ini aku hanya dimanfaatkan saja?
Mereka membiarkanku berserakan dan menggunung hanya agar bisa menghasilkan
kamu?
Gas
: “Ya, memang itulah yang terjadi!”
Sampah2 :
“Aku benci manusia! Benci! Baiklah, kalau memang begitu mau mereka, aku akan
membantumu membunuh bumi.”
Gas : “Ok, baguslah kalau begitu,
bagus….”
SEMUA : “Ahahahahahhaa...”
(gas dan para sampah keluar)
Ø BABAK 6
Bumi sudah tidak berdaya lagi karena ulah para manusia, yang membuang
sampah sembarangan dan menciptakan gas Metana yang sangat berbahaya bagi
kelangsungan hidup. Bumi pun mencurahkan isi hatinya......
Bumi : (bumi masuk tertatih-tatih) “Aku sudah letih. Aku sudah
habis. Aku sudah kotor. Adakah yang dapat menolong aku? Selamatkan aku?! Sampah
dan gas itu hendak membunuhku, aku tak sanggup lagi bertahan dan berlari.”
(gas dan sampah masuk) (bumi
ketakutan)
Gas : “Mau lari kemana lagi kau
bumi?”
Sampah1 : “Ajalmu sudah dekat!
Bumi : “Ampun, ampunilah aku. Apa
salahku pada kalian?”
Sampah2 : “Kamu memang tidak salah. Tapi manusia lah
yang salah!”
Sampah1 : “Dengan membunuhmu kami akan membuat
manusia menderita.”
Sampah2 : “Dan dendam kami pun akan terbalas”
Bumi : “Sungguh kejam kalian!”
Pohon : “Apa yang mau kamu lakukan kepada
bumi?!”
Gas : “Diamlah kau pohon!”
Pohon :
“Jangan bunuh bumi, jika kalian membunuh bumi, maka kalian membunuhku juga!!”
Sampah1 : “Ah, sebaiknya kalian mati saja!”
(gas dan sampah mulai menyerang bumi & pohon)
(bumi & pohon tidak berdaya melawan sampah dan gas dan akhirnya
tergeletak)
Sampah2 : “Huwahaha… mati, bumi dan pohon kini
telah mati!”
Sampah1 : “Hahaha… akhirnya dendamku terbalaskan.
Manusia kini akan mati juga!”
(manusia masuk)
Tario : “Apa-apaan ini? Bumi kenapa?
Siapa yang ngelakuin ini ?”
Sampah&gas:
“ KALIAN PELAKUNYA!”
Nurul : “Apa? Maksud kalian?”
Sampah1 : “Iya,
kalian yang menciptakan kami! Dan kalian juga yang menyewa kami untuk membunuh
bumi!”
Tario : “Gue gak per…”
Gas :
“DIAM! Kamu yang tidak peduli pada bumi. Kamu menggunungkan sampah tanpa tahu
akan resikonya. Kamu yang diam saat bumi memperingatkanmu akan kematiannya!”
Tario :
“Gue… gue gak tahu kalau akhirnya bakal kek gini… sekarang bumi dah mati. Gue harus gimana?”
Sampah2 :
“Harus bagaimana? Kini kau sudah tidak bisa apa-apa! Mati sajalah sekalian!”
Tario & Nurul : (memeluk bumi)
Tario :
“Gue nyesal, nyesal banget. Tolong kasih gue kesempatan kedua. Gue bakal
ngerawat bumi dan pohon. Gak akan gue ciptain lo. Gak mungkin gue biarin kalian
ngebunuhnya lagi nanti. Tapi tolong, kasih gue kesempatan lagi…”
Sampah1 : “Tidak ada kesempatan lagi! Semua sudah
terlambat…”
Sampah2 : “Itulah hasil kerja kerasmu. Nikmatilah
buah keserakahanmu!”
Tario :
“TID..TID.........TIIIIDDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!”
Nurul : “Gak, gak mungkin bakal kek
gini.”
Tika :
“Hei kalian! udah gue bilangkan, jangan buang sampah sembarangan! Rasain tu!
Nurul : “Maafin kami Tika, kami ga
bakal ngulangin lagi, kami janji!”
Tika :
“Itumah urusan kalian ama bumi. Jangan minta maaf ke gue! Coba dari dulu kalian
dengerin gue, gak kek gini jadinya.”
(manusia berjalan keluar dengan
menyesal)
(gas dan sampah menyeret bumi keluar)
Ø BABAK 7
Tario dan Nurul terbangun dari mimpinya yang sangat
menyeramkan. Dan menyadari semua kesalahan yang mereka perbuat sebelumnya.
Tario&Nurul : “Tiiiiiiddaaaaaaaaaaaaaaakk!!!!!!!!!!”
Tika : “Hei, kenapa kalian berdua?”
Nurul : “Tika, tika maafin gue!”
Tario : “Gue juga.”
Tika : “Apa maksud kalian, kaliankan
gak ada salah ama gue?”
Nurul : “Tika, gue janji bakal ngerawat
lingkungan biar bumi kita enggak mati”
Tario : “Iya tika, Ayok kita mungutin
sampah! Gue gak mau bumi mati!”
(Tario dan Nurul lansung bergegas memunguti sampah yang ada)
Tika : “Ada apa dengan kalian?”
(kebingungan)
Nurul : “Udahlah, gak usah dipikirin.
Ayok kita mungut sampah!”
Tario : “Ayok!!”
Tika : “Kalian mau kemana?”
Tario &
Nurul : “Mungut sampah.”
Tika : “Kan disini masih ada
sampah.”
Tario : “O....iyaya. Maaf maaf, gue
terlalu bersemangat!”
Tika : (Tersenyum dan
menggeleng-gelengkan kepala)
Semenjak saat itu, Tario dan Nurul menjadi anak yang mencintai lingkungan.
Mereka pun berjanji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi dan akan selalu
mendengarkan nasehat baik dari sahabat baiknya bernama Tika.
SELESAI
Baguskan drama
kami....Doain kami ya smoga pas tampil bagus, Amiin!!